Pada peringkat ini "seorangpun memakai sifat-sifat yang Insan Kamil, lelaki itu disempurnakan, yang benar-benar menyerah diri dan diilhamkan oleh Allah semata-mata." Seseorang itu "dalam perjanjian penuh (menyerahkan sebulat-bulatnya) dengan kehendak Allah". Turutan penuh pembangunan nafsu
Adapun ketika menafsirkan surat al-An’am ayat 111 ia menjelaskan hal yang senada dengan pernyataan sebelumnya yang pada prinsipnya Muh}ammad „Abduh berpendapat bahwa kehendak dan kekuasaan Allah itu tidak absolut walaupun tidak menutup kemungkinan terjadinya sesuatu itu terjadi diluar sunnah, syariat, dan akal manusia atau istilah khariq al
Kalau diartikan menurut pengertian sederhana, kehendak Tuhan itu ibarat gambaran dari Tuhan itu sendiri. Hal ini disampaikan oleh Rasul Paulus di 1 Tesalonika 4: 3 yang bunyinya, “Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan…”. Dalam suratnya kepada orang-orang Kristen di Roma, Paulus menulis, “Sebab
Qadha’ dan takdir dari sisi kehendak Allah Swt. terbagi menjadi dua sudut pandang. Yang pertama, kehendak yang telah tertuang di dalam ayat-ayat suci Al-Qur’an. Sesungguhnya kalimat Syâ-a, Yasyâ-u, Masyî-atan mempunyai makna kehendak, dan redaksi ini banyak disebutkan melalui firman Allah Swt. di dalam Al-Qur’an. Adapun hubungan kata kehendak Allah Swt. dengan takdir sangatlah erat
Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud; Saul menolak kehendak Allah dalam hidupnya dan mendukakan hati Allah sehingga ia ditolak oleh Allah. Sebaliknya, Daud adalah "seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku" ( Kisah Para Rasul 13:22 ).
Manusia yang merupakan bagian dari alam ini juga berada di bawah kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. Dalam menjelaskan kemutlakan Tuhan ini, Abu Hasan al-Asy'ary dalam kitab al-Ibanah an Usul ad-Dinayah (Uraian tentang Prinsip-Prinsip Agama) menyatakan bahwa Tuhan tidak tunduk kepada siapapun; di atas Tuhan tidak ada suatu zat lain yang dapat membuat hukum dan dapat menentukan apa yang boleh
Esensi dari sifat Iradah yaitu Allah tidak mengharapkan sesuatu yang bermanfaat bagi-Nya. Orang yang selalu berdoa, besarnya kasih sayang, adanya kebencian, tekunnya seseorang, kerasnya kemauan, bukanlah penyebab motivasi Iradah Allah. Namun, sifat Iradah Allah dapat bersamaan dengan kerasnya kemauan makhluk atau bersamaan dengan perputaran Alam.
Pertama, kerena Allah menetapkan segala sesuatu berarti Allah menciptakan dosa. Kedua, dengan penetapan seperti ini berarti melanggar kehendak bebas manusia (freewell) manusia. Konsep tentang kedaulatan Tuhan dan kehendak bebas sebenarnya merupakan paradoksi, dalam hal ini tidak ada ketidakkonsistenan atau pun pelanggaran terhadap kehendak bebas.
Mengenai perbuatan Allah ini, terdapat perbedaan pandangan antara Maturidiyah Samarkand dan Maturidiyah Bukhara, yang juga memberikan batas pada kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, berpendapat bahwa perbuatan Tuhan hanyalah menyangkut hal-hal yang baik saja. Dengan demikian, Tuhan mempunyai kewajiban melakukan yang baik bagi manusia.
Baca juga: Adab Menuntut Ilmu. Di dalam Al Quran terdapat banyak dalil yang mengenai Qadha dan Qadr di antarnya QS Ali Imran:145, QS Al a'raf: 34, QS Al Hadid: 22, QS. Saba: 3 dan banyak lagi. Dalam memahami masalah Qadha dan Qadr perlu dicamkan bahwa qadha dan Qadr tidak menyangkut pada 4 hal: Perbuatan manusia: apakah diciptakan Allah atau
XyvcBW.